Selasa, 14 September 2010

Sedotan Bening

Ada sebutir hujan, jatuh di pekarangan. Putih, bersih. Meski pada awalnya ayah dan ibu tidak sudi melihat raut sebutir hujan yang basah, namun akhirnya hati mereka luluh saat mendengar tangis sebutir hujan yang kedinginan. Akan tetapi, sebutir hujan berwarna putih menyala saat ayah dan ibu hendak memungutnya.

Aku harap, ayah dan ibu dapat membujuk sebutir hujan agar mau masuk, dan rumahku yang gersang dapat sejuk. Ah, tidak ada yang dapat menenangkan sebutir hujan! bahkan aku sendiri kewalahan mengasuh sebutir hujan di pekarangan depan. Sampai suatu hari, hatiku tertambat pada sedotan bening, yang tengah berdiri menatapku di bawah pohon.

Sedotan itu tidak terlalu indah, biasa saja. Namun, warnanya yang bening dapat melunakan mata ayah dan ibu yang angkuh.



Aduhai! Ternyata bukan hanya mata ayah dan ibu yang terkesan pada sosok sedotan bening, Sebutir hujan pun patuh pada sedotan bening yang sederhana ! tidak lama kemudian, rumahku yang semula gersang akibat perang antara aku, ayah dan ibu akhirnya dapat sejuk kembali.

Terima kasih sedotan bening, terima kasih atas cinta yang tak sia-sia. Terima kasih telah berkenan menjadi ayah bagi sebutir hujan yang tidak mau diam, dan menjadi suami, bagi sekuntum bunga yang patah hati.


cianjur 2009

"Cerita mini ini aku tulis di sebuah lembah di kaki gunung putri, di tengah riuh suasana hati karena teman-teman Forum Lingkar Pena Cianjur yang tidak pernah berhenti memberi inspirasi. I love you all! "

0 komentar:

Posting Komentar