Ada sebutir hujan, jatuh di pekarangan. Putih, bersih. Meski pada  awalnya ayah dan ibu tidak sudi melihat raut sebutir hujan yang basah,  namun akhirnya hati mereka luluh saat mendengar tangis sebutir hujan  yang kedinginan. Akan tetapi, sebutir hujan berwarna putih menyala saat  ayah dan ibu hendak memungutnya.
Aku harap, ayah dan ibu dapat membujuk sebutir hujan agar mau masuk, dan  rumahku yang gersang dapat sejuk. Ah, tidak ada yang dapat menenangkan  sebutir hujan! bahkan aku sendiri kewalahan mengasuh sebutir hujan di  pekarangan depan. Sampai suatu hari, hatiku tertambat pada sedotan  bening, yang tengah berdiri menatapku di bawah pohon.
Sedotan itu tidak terlalu indah, biasa saja. Namun, warnanya yang bening  dapat melunakan mata ayah dan ibu yang angkuh.
Aduhai! Ternyata bukan hanya mata ayah dan ibu yang terkesan pada sosok  sedotan bening, Sebutir hujan pun patuh pada sedotan bening yang  sederhana ! tidak lama kemudian, rumahku yang semula gersang akibat  perang antara aku, ayah dan ibu akhirnya dapat sejuk kembali.
Terima kasih sedotan bening, terima kasih atas cinta yang tak sia-sia.  Terima kasih telah berkenan menjadi ayah bagi sebutir hujan yang tidak  mau diam, dan menjadi suami, bagi sekuntum bunga yang patah hati.
cianjur 2009
"Cerita mini ini aku tulis di sebuah lembah di kaki gunung putri, di  tengah riuh suasana hati karena teman-teman Forum Lingkar Pena Cianjur  yang tidak pernah berhenti memberi inspirasi.  I love you all! "
Cacing Diinjek Ajé Ngelawan
1 minggu yang lalu




 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
0 komentar:
Posting Komentar