Semua tentang impian, harapan, kebodohan
Pria  itu menjelma seekor kupu-kupu manakala tiba di sebuah ruang beraroma  bunga segar. Ia tahu bagaimana memperlakukan sekuntum bunga, maka ia pun  mulia merangkai. Lalu, huup! Jadilah rangkaian bunga yang disusun  berbentuk gapura di atas wadah yang terbuat dari kayu manis. Anggrek  bulan ia susun, di bawahnya ia simpan baut dan mur-mur lucu juga  sekantong bubuk mesiu. Ia tersenyum. Rangkaian bunga siap dikirim ke  kamar calon pengantin.
Pria itu berjalan membelah  kerumunan karyaman hotel. Tidak ada yang menaruh curiga, toh ia hanya  kupu-kupu yang biasa hilir mudik di hotel itu.
***
Kota  metropolitan sedang berjemur di bawah sinar matahari, membuat kepalanya  seperti tersengat ribuan cahaya. Ia benci kota ini. Ia bermimpi dapat  memusnahkan sebagian budak setan yang mendiami kota.
Kamar  2020 adalah ruangan khusus bagi calon pengantin semesta, tiap hari ia  masuk, menemui pemuda tanggung bernyali besar. Ia berikan rangkaian  bunga, mengemas adonan cinta.
Ia tanam pohon bunga di kamar itu!
***
Belerang,  arang, potassium nitrat, ia rangkai menjadi kuntum-kuntum cinta bersama  sang pengantin. Tidak ada anggrek bulan, krisan atau mawar.
Do  not disturb tanda itu terpasang di depan pintu kamar. Tidak ada seorang  petugas keamanan pun yang curiga, sudah kubilang, ia adalah kupu-kupu,  siapa yang peduli pada kupu-kupu?
***
Kotak-kotak bunga  telah habis ia kirim. Tinggal menunggu pengunjung terjaga dan berkumpul  di lobi hotel.
“Tuhan telah memilihmu untuk menunaikan  tugas suci ini nak, berbahagialah. Para bidadari surga sudah menunggumu  di atas sana,” katanya kepada calon pengantin.
Satu menit,  dua menit, lima belas menit, tiga puluh menit…
Ketika  pria itu sudah memasuki mobilnya, ledakan besar terjadi, mengguncang  tanah metropolitan yang resah. Bibirnya menyunggingkan senyum.  Pengantinnya sudah selesai menjalankan tugasnya dengan baik.
Pria  itu menanggalkan sayap kupu-kupunya, lalu melajukan mobilnya dengan  kecepatan tinggi menuju calon pengantin di tempat lain.
Ia  tidak tahu saat pengantin semestanya hendak menemui bidadari surga yang  dijanjikan, para bidadari surga serta merta menolak kehadirannya,  mereka tidak sudi bertemu dengan lelaki yang memercikan bunga api di  tanah airnya sendiri.
Cianjur 2010


 
 









 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
