Rabu, 10 Oktober 2012

Laki-laki Yang dikutuk Menjadi Wortel




Aku adalah wortel orange di ladang papa. Menikmati warna langit yang indah dan berseru setiap kali burung pipit dengan sayap kusam dan kurang menarik terbang ke atas pohon nangka! Aku wortel orange yang berpura-pura bahagia dengan apa yang diberi papa, papa tahu segalanya, papa memberiku segalanya, tapi papa jauh sekali, kadang dekat juga, tapi papa tidak pernah menampakkan dirinya, sama sekali tidak, papa hanya mendengar, sesekali menghembuskan kasih sayang pada helai daun nangka kering kemudian jatuh di atas tubuhku.

Acapkali aku merindukan aroma dari cahaya matahari yang menempel dan terperangkap di kaos serta rambutmu. Acapkali ada perasaan sesak, lebih sering lengang.  Aku tidak kehilangan apa-apa, hanya kesepian yang berulangkali memakasaku untuk lelap, dan bisu. 


Aku merindukan dongeng kanak-kanak, aku ingin berteriak di muka pabrik, di muka bapak presiden yang tercinta, kadang jelaga jatuh ke pelupuk, dan aku tidak dapat melihat apa pun, dunia bagiku seperti warna abu pada hari paling lesu. Aku sendiri, maka aku ada.

Aku mulai ngawur ya, aku memang ngawur, aku menulis karena aku ngawur. Banyak warna di dunia yang harus segera aku sentuh, aku malah memilih sendiri. Jangan bilang bahwa aku pengecut. Aku hanya wortel orange yang dikutuk papa menjadi maya. Menjadi tiada. Bukankah asalnya aku tiada, lalu menjadi ada karena cinta dan napsu mami dan papi yang bersatu menjadi aku.

Aku merindukanmu. Aku merindukan sebatang lilin yang mencurahkan ilmu, atau imam s arifin, atau kamu. Aku sendiri, aku butuh kamu saat ini.