Senin, 06 Februari 2012

Menangkap Capung

Sore hari, waktu saya masih kecil, saya senang menangkap capung yang terbang di antara rumputan yang tumbuh di sepanjang jalan kereta api. Rumah saya berada di depan rel kereta. Sore hari adalah saat paling menyenangkan untuk main. Kalau tidak bermain kasti, bermain galasin, layangan, pasti saya lari-lari di atas kerikil rel menangkap capung. Kalau tidak menggunakan alat seperti lamit, atau kantong plastik yang diikat pada lidi, atau menggunakan lidi yang ujungnya sudah diolesi getah, biasanya getah nangka, saya tidak akan bisa menangkap satu pun capung. Yang paling susah itu menangkap capung berwarna merah, capung berwarna kuning juga susah ditangkap sebenarnya, yang paling mudah itu capung berwarna hijau. Karena itulah, suatu kebahagiaan, atau kebanggaan? tersendiri manakala saya dan teman-teman yang ikut menangkap capung, dapat memperoleh capung berwarna merah. Padahal kalau dipikir-pikir, untuk apa capung? Lebih bagus menangkap belalang, setidaknya belalang bisa dibakar, atau menangkap ikan di sungai.Bagi saya, menangkap capung itu sangat seru. Meskipun, ketika sudah memperoleh banyak capung, yang lalu saya masukkan ke dalam katong plastik, capung-capung hasil tangkapan itu tidak bisa diapa-apakan lagi. Saya pernah sangat menyesal karena membiarkan capung hasil tangkapan saya mati kehabisan napas. Paling seru itu kalau dapat satu ekor capung lalu ekor capung itu diikat dengan tali rapis kecil, lantas biarkan capung itu terbang, dengan kita memegang kendali seperti merentang benang layang-layang, eh ini jangan ditiru ya, ini sama saja dengan penyiksaan makhluk Tuhan.

Menangkap mimpi, apalagi menangkap orang yang kita sayangi, bagi saya sama saja dengan menangkap capung. Butuh ketekunan dan keberuntungan. Sesuatu yang ingin sekali kita tangkap, setelah kita mendapatkannya, kita akan merasa sangat bahagia, bangga. Meski kadang, setelah kita mendapatkannya, kita bingung akan bagaimana dan mau apa.

Ah, kalau saja menangkap mimpi, menangkap dia atau DIA, sama mudah dan sama menyenangkannya dengan menangkap capung manakala masih kecil.