Jumat, 17 September 2010

Pohon Mangga Pingkan

Pingkan akan kembali mengunjungi masa kecilnya pagi ini. Tidak ada bekal uang atau pakaian
hanya di temani beberapa tangkai bunga kecil yang nanti akan ia berikan pada pohon mangga
yang daun-daunnya berwarna cokelat pekat, mengeluarkan aroma batu sungai,
aroma yang sangat ingin ia hirup untuk memompa jantungnya agar tetap hidup.

Pingkan pun melangkahkan kakinya melewati sebuah pintu yang dijaga ketat oleh beberapa raksasa biru bermata bola-bola merah sunyi, yang kapan saja bisa melahap tubuh mungilnya, Pingkan menanggalkan alas kakinya agar bumi yang ia injak bisa lunak dan empuk. Pingkan tahu, untuk sampai ke masa kecilnya, ia harus suci dari apa pun yang menempel dalam jiwa raganya.

Demi pohon mangga dan masa kecil yang indah, maka tanggallah sebiji matanya, gigi, hidung, paru-paru, kecemasannya, keragu-raguannya.

Pingkan tahu ia tidak punya apa-apa lagi saat ini, hanya perasaannya pada Pohon Mangga yang terpelihara senantiasa, serta setangkai bunga kecil untuknya, seseorang yang paling ia sayangi melebihi apa yang ia miliki.

cianjur 2010

0 komentar:

Posting Komentar