Jumat, 19 Agustus 2011

Negeri Hujan

Buku Negeri Hujan ini membuat Pira Sudham dinominasikan memperoleh hadiah Nobel Sastra pada 1990---yang akhirnya di anugerahkan kepada penyair dan kritikus Meksiko, Octavio Paz.

Beberapa hari yang lalu saya baru menyelesaikan buku karya sastrawan Thailand, Pira Sudham. Buku pertama yang saya tamatkan bulan ini, mengalahkan beberapa buku lain yang belum sempat saya baca, yang bahkan saya beli hampir dua tahun yang lalu! (Rumah tangga yang bahagia karya Leo tolstoy yang saya beli lebaran 2009  sampai sekarang belum saya selesaikan)

Judulnya Negeri Hujan, Buku ini membuat Pira Sudham dinominasikan memperoleh hadiah Nobel Sastra pada 1990---yang
akhirnya dianugerahkan kepada penyair dan kritikus Meksiko, Octavio Paz. Yang membuat saya terkesan bukan karena buku ini masuk nominasi Nobel nya, melainkan karena cerita dan cara tuturnya yang indah. Membacanya seperti menikmati sensasi manakala saya membaca novel Laskar pelangi, Sang Pemimpi, dan novel Pramudya ananta toer, Bumi Manusia. Membuat saya merenung, menyadari  realita yang terjadi di negeri ini dan manusianya, termasuk akar rumputnya, seperti, gelisah atas ketidakadilan, kemiskinan yang memerangkap penduduk, kepala desa yang korup dan tidak peduli pada pendidikan,  mimpi seorang anak petani, yang dapat kuliah ke luar negeri atas usaha dan kerja kerasnya, untuk kemudian kembali ke tanah kelahirannya.

Di google tersedia petikan novelnya, di:

http://books.google.co.id/books?id=btJNQy4gXvcC&pg=PR4&lpg=PR4&dq=negeri+hujan+pira+sudham&source=bl&ots=vsVXTis1WP&sig=n2UGQlKbq7i-zO1MLOj1HnZ4_9g&hl=id&ei=quLLTbvmIszLrQfz4JyKBA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&ved=0CE0Q6AEwCQ#v=onepage&q&f=false

Atau, kemarin saya lihat di salah satu toko di sukabumi, masih ada satu buah lagi, harganya 24 ribu.

Berikut paragraf pertama noivel tersebut:

Di Tahun Kuda, Boonliang Surin melahirkan anaknya yang keenam. Seorang laki-laki. Kemudian, menyusul kelahiran anak lelaki itu, hujan awal musim penghujan memberikan lagi kehidupan untuk desa Napo. Musim panas berakhir. Musim hujan telah mulai. Hujan turun siangdan malam, tumpah ruah dan memberi harapan. Seperti kebanyakan penduduk desa itu, dengan penuh harap dan perasaan gembira keluarag Surin memandang hamparan sawah sekeliling, menyenangkan dan bermakna. Musim bercocok tanam padi baru tiba.

0 komentar:

Posting Komentar