Sabtu, 02 Oktober 2010

Perangkai Bunga



Semua tentang impian, harapan, kebodohan

Pria itu menjelma seekor kupu-kupu manakala tiba di sebuah ruang beraroma bunga segar. Ia tahu bagaimana memperlakukan sekuntum bunga, maka ia pun mulia merangkai. Lalu, huup! Jadilah rangkaian bunga yang disusun berbentuk gapura di atas wadah yang terbuat dari kayu manis. Anggrek bulan ia susun, di bawahnya ia simpan baut dan mur-mur lucu juga sekantong bubuk mesiu. Ia tersenyum. Rangkaian bunga siap dikirim ke kamar calon pengantin.

Pria itu berjalan membelah kerumunan karyaman hotel. Tidak ada yang menaruh curiga, toh ia hanya kupu-kupu yang biasa hilir mudik di hotel itu.

***
Kota metropolitan sedang berjemur di bawah sinar matahari, membuat kepalanya seperti tersengat ribuan cahaya. Ia benci kota ini. Ia bermimpi dapat memusnahkan sebagian budak setan yang mendiami kota.

Kamar 2020 adalah ruangan khusus bagi calon pengantin semesta, tiap hari ia masuk, menemui pemuda tanggung bernyali besar. Ia berikan rangkaian bunga, mengemas adonan cinta.
Ia tanam pohon bunga di kamar itu!

***
Belerang, arang, potassium nitrat, ia rangkai menjadi kuntum-kuntum cinta bersama sang pengantin. Tidak ada anggrek bulan, krisan atau mawar.

Do not disturb tanda itu terpasang di depan pintu kamar. Tidak ada seorang petugas keamanan pun yang curiga, sudah kubilang, ia adalah kupu-kupu, siapa yang peduli pada kupu-kupu?
***
Kotak-kotak bunga telah habis ia kirim. Tinggal menunggu pengunjung terjaga dan berkumpul di lobi hotel.

“Tuhan telah memilihmu untuk menunaikan tugas suci ini nak, berbahagialah. Para bidadari surga sudah menunggumu di atas sana,” katanya kepada calon pengantin.

Satu menit, dua menit, lima belas menit, tiga puluh menit…

Ketika pria itu sudah memasuki mobilnya, ledakan besar terjadi, mengguncang tanah metropolitan yang resah. Bibirnya menyunggingkan senyum. Pengantinnya sudah selesai menjalankan tugasnya dengan baik.

Pria itu menanggalkan sayap kupu-kupunya, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju calon pengantin di tempat lain.

Ia tidak tahu saat pengantin semestanya hendak menemui bidadari surga yang dijanjikan, para bidadari surga serta merta menolak kehadirannya, mereka tidak sudi bertemu dengan lelaki yang memercikan bunga api di tanah airnya sendiri.

Cianjur 2010

0 komentar:

Posting Komentar