Senin, 11 Oktober 2010

Tali Rafia Pita

Pita senang memunguti tali rapia yang berserakan di antara kerumunan lalat hijau yang merubungi tumpukan karung di sekitar rumahnya. Dengan kantong kresek berwarna merah, ia meraih satu-satu tali rapia yang terbaring di tanah, barangkali ia lelah, kata Pita, apakah ibu pun sama lelahnya dengan tali rapia? Sebab, setelah bapak memukul ibu dengan tinjunya malam itu, ibu selalu terbaring di lantai, tidak pernah bangun..

Pita memasukan tali rapia itu ke dalam kantong kresek, di dalam sana, tali rapia tadi berkumpul dengan warnawarni tali rapia yang Pita kumpulkan selama berhari-hari.

Pita menghabiskan waktunya seharian untuk mencari tali rapia. Rumahnya yang mungil sudah tidak kelihatan, terhalangi tumpukan karung yang menggunung. Pita tidak takut tersesat, meski aroma rumahnya tidak berbeda dengan aroma tumpukan karung yang biasa ia cium. Pita sudah hapal betul kemana ia harus berjalan untuk pulang.

Di bawah sebuah tiang Pita berdiri. Meraih tali rapia di dalam kantong kresek merahnya, membelah tali rapia menjadi dua bagian lalu mengikat rambutnya dengan tali rapia itu.

Tiang ini terlalu tinggi, aku terlalu pendek.. kata Pita, ia pun kembali ke rumahnya. Kakinya yang kecil melewati tubuh seorang perempuan yang teronggok di lantai, aku juga lelah ibu, kata Pita. Ia pun mengikatkan lehernya ke dalam tali rapia,
kursi yang ia gunakan untuk naik ke atas tiang penyangga jatuh. Tubuh Pita terayun lembut, lalu lemah.

cianjur 2010

0 komentar:

Posting Komentar