Rabu, 02 November 2011

Minyak Telon Ibu



Akhirnya aku mengerti. Kenapa ibu selalu melumuri kulitku dengan minyak telon saban pagi. Tatkala matahari menyeruak dari balik daun singkong, mengintipku melalui celah jendela, lalu dengan pelukannya yang lembut ibu membawaku ke ladang singkong guna menjemur dan membasuh telapak kakiku dengan bulirbulir embun. Aroma telon yang harum akan menjadi azimat jika kelak engkau tersesat, bisik ibu di sela doanya pagi itu.

Ibu adalah baiduri, tempat pertama kali aku mengenal cinta. Suatu hari, kulihat baiduriku diamdiam menjatuhkan embun serupa pecahan beling di kedua danau pada wajahnya yang bening. Bapak pulang, membawaku pergi dari rumah di samping ladang singkong. Suara ibu terdengar samar, memanggilku untuk kembali. Tapi bapak malah menyuruhku memanggil perempuan lain dengan sebutan ibu. Padahal belum sekalipun ia melumuri tubuhku dengan minyak telon dan doadoa seperti yang dilakukan ibu padaku.

Ibu benar, aku tidak akan bisa pergi terlalu jauh darinya. Kota membuat telingaku tuli, bangku kayu terlalu sunyi untuk kujadikan kawan berbagi. Tubuhku mulai di tumbuhi lumut, jalan pulang mulai berkabut. Kucari aroma minyak telon di sudutsudut gang, di malammalam tanpa mimpi, di etalase toko, tapi tidak ada satu pun minyak telon yang bisa mengantarkanku ke ladang singkong, kepada surga di bawah telapak kakimu.

                                                                                  2010

0 komentar:

Posting Komentar