Suatu hari, seekor semut terpikat oleh aroma gula-gula dari taman bunga, yang ternyata hanyalah fatamorgana. Ia sendirian kini. Koloninya telah jauh pergi. Ia tersesat!.
Malam hari, ketika semut mencari rumah di sebuah lembah, ia di kejutkan oleh suara yang entah berasal dari mana. Bumi menggeliat, menyapa tanah dan rumput.
"Apakah ini adalah hari dimana Israfil meniup sangkakala...?" Bisik semut pada rumput. Namun ternyata itu hanyalah gempa biasa, yang cuma menimbun sebuah kampung serta mengambil beberapa jiwa saja.
Pagi hari,semut yang tengah terlelap berselimutkan selembar daun tiba-tiba di kejutkan oleh bunyi yang menyerupai derap kuda. Semut berharap itu adalah suara derap kuda Sulaiman dan bala tentaranya, agar ia bisa bertanya, dimana sekarang koloninya berada. Namun, suara itu ternyata adalah bunyi larva pemangsa, yang tengah membuat perangkap untuknya.
Semut mulai didera rasa takut. Ia menyesal telah meninggalkan koloni serta keluarga yang sangat di cintai. Sepasang antena di kepalanya tidak mampu mendeteksi keberadaan mereka. Ia kesepian, kelaparan, ketakutan.
Setelah berminggu-minggu tersesat, akhirnya sang semut menemukan sebuah sungai. Ia lalu memutuskan untuk menghanyutkan diri ke dalamnya, berharap sampai ke muara dan ada seseorang yang sudi memungutnya di seberang sana.
Belum sampai ke muara, seorang pengembara bertopi jerami telah menemukannya yang tengah kedinginan, mengambang di atas sungai. Dengan suara yang serak, Semut bertanya pada pengembara bertopi jerami, dimana ia bisa menemukan rumah untuk berteduh. Sang pengembara berkata,
"Sesungguhnya aku melihat api . Aku kelak akan membawa kepadamu kabar darinya, atau aku membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang" *
Semut tidak mengerti apa yang baru saja di katakan pengembara bertopi jerami.
"Engkau lupa untuk selalu bertasbih, anakku, makanya engkau tersesat, baiklah, mari kutunjukan padamu rumah cahaya di balik bukit".
Tapi, sebelum tiba di sana, semut itu telah menjadi bangkai. []
* Qs. An-Nahl ayat 07.
Malam hari, ketika semut mencari rumah di sebuah lembah, ia di kejutkan oleh suara yang entah berasal dari mana. Bumi menggeliat, menyapa tanah dan rumput.
"Apakah ini adalah hari dimana Israfil meniup sangkakala...?" Bisik semut pada rumput. Namun ternyata itu hanyalah gempa biasa, yang cuma menimbun sebuah kampung serta mengambil beberapa jiwa saja.
Pagi hari,semut yang tengah terlelap berselimutkan selembar daun tiba-tiba di kejutkan oleh bunyi yang menyerupai derap kuda. Semut berharap itu adalah suara derap kuda Sulaiman dan bala tentaranya, agar ia bisa bertanya, dimana sekarang koloninya berada. Namun, suara itu ternyata adalah bunyi larva pemangsa, yang tengah membuat perangkap untuknya.
Semut mulai didera rasa takut. Ia menyesal telah meninggalkan koloni serta keluarga yang sangat di cintai. Sepasang antena di kepalanya tidak mampu mendeteksi keberadaan mereka. Ia kesepian, kelaparan, ketakutan.
Setelah berminggu-minggu tersesat, akhirnya sang semut menemukan sebuah sungai. Ia lalu memutuskan untuk menghanyutkan diri ke dalamnya, berharap sampai ke muara dan ada seseorang yang sudi memungutnya di seberang sana.
Belum sampai ke muara, seorang pengembara bertopi jerami telah menemukannya yang tengah kedinginan, mengambang di atas sungai. Dengan suara yang serak, Semut bertanya pada pengembara bertopi jerami, dimana ia bisa menemukan rumah untuk berteduh. Sang pengembara berkata,
"Sesungguhnya aku melihat api . Aku kelak akan membawa kepadamu kabar darinya, atau aku membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang" *
Semut tidak mengerti apa yang baru saja di katakan pengembara bertopi jerami.
"Engkau lupa untuk selalu bertasbih, anakku, makanya engkau tersesat, baiklah, mari kutunjukan padamu rumah cahaya di balik bukit".
Tapi, sebelum tiba di sana, semut itu telah menjadi bangkai. []
* Qs. An-Nahl ayat 07.
0 komentar:
Posting Komentar