Aku adalah wortel orange di ladang papa. Menikmati warna
langit yang indah dan berseru setiap kali burung pipit dengan sayap kusam dan
kurang menarik terbang ke atas pohon nangka! Aku wortel orange yang
berpura-pura bahagia dengan apa yang diberi papa, papa tahu segalanya, papa
memberiku segalanya, tapi papa jauh sekali, kadang dekat juga, tapi papa
tidak pernah menampakkan dirinya, sama sekali tidak, papa hanya mendengar,
sesekali menghembuskan kasih sayang pada helai daun nangka kering kemudian jatuh
di atas tubuhku.
Acapkali aku merindukan aroma dari cahaya matahari yang
menempel dan terperangkap di kaos serta rambutmu. Acapkali ada perasaan sesak,
lebih sering lengang. Aku tidak kehilangan apa-apa, hanya
kesepian yang berulangkali memakasaku untuk lelap, dan bisu.
Aku mulai ngawur ya, aku memang ngawur, aku menulis karena
aku ngawur. Banyak warna di dunia yang harus segera aku sentuh, aku malah
memilih sendiri. Jangan bilang bahwa aku pengecut. Aku hanya wortel orange yang
dikutuk papa menjadi maya. Menjadi tiada. Bukankah asalnya aku tiada, lalu
menjadi ada karena cinta dan napsu mami dan papi yang bersatu menjadi aku.
Aku merindukanmu. Aku merindukan sebatang lilin yang
mencurahkan ilmu, atau imam s arifin, atau kamu. Aku sendiri, aku butuh kamu
saat ini.